Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh pemerintah China terlibat dalam serangan siber besar-besaran terhadap pemerintah AS. Beijing menyebut tuduhan itu adalah “lelucon” yang dibuat untuk motif politik.
Sebelumnya, Trump mengatakan dalam cuitan di Twitter, peretasan berskala besar terhadap badan-badan pemerintah AS termasuk Departemen Keuangan “terkendali” pada hari Sabtu (19/12) waktu setempat.
Namun dalam cuitannya, Trump melemahkan penilaian pemerintahannya sendiri bahwa Rusia berada di balik serangan siber tersebut, dengan mengatakan China “mungkin” juga telah terlibat, tanpa memberikan bukti apa pun.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (21/12/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin tidak secara langsung menyangkal keterlibatan Beijing, tetapi menyebut tuduhan AS soal serangan siber itu “tidak serius, dan kontradiktif.”
“Tuduhan yang dibuat oleh AS terhadap China selalu menjadi lelucon, karena motif politik,” kata Wang dalam jumpa pers hari ini.
“AS telah mempolitisasi masalah keamanan siber, terus menyebarkan informasi palsu tanpa bukti konklusif … dalam upaya untuk menghancurkan citra China dan menyesatkan komunitas internasional,” imbuhnya.
Sebelumnya pada Juli lalu, dua warga negara China didakwa oleh AS karena berusaha mencuri penelitian vaksin virus Corona dan meretas ratusan perusahaan. Beijing membantahnya dan menuduh Washington melakukan “fitnah”.
Cuitan Trump pada hari Sabtu (19/12) bertentangan dengan komentar Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sehari sebelumnya tentang sumber dan tingkat keparahan serangan siber tersebut. Pompeo mengatakan serangan siber itu “cukup jelas” adalah pekerjaan Rusia. Dikatakannya, ada upaya signifikan untuk menggunakan perangkat lunak pihak ketiga untuk “pada dasarnya menyematkan kode di dalam sistem pemerintah AS”.
Pakar dunia maya mengatakan serangan itu dapat berdampak luas dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk terurai.
Beberapa pejabat AS sebelumnya menuding Moskow atas serangan siber tersebut, tetapi tidak ada yang menuduh Beijing. Pemerintah Rusia sendiri telah membantah terlibat dalam serangan siber itu. ***