Guru Honorer Di Bandung Barat, Hidupi 3 Anaknya Dengan Upah Rp 250.000 Selama 35 Tahun

BANDUNG BARAT, BKP – Duduk di atas kursi roda di pojok deretan belakang, Mahdar Suhendar (55) mengenakan seragam rapi warna hitam-putih siap antre menunggu panggilan.
Jalan terjal menjadi seorang guru honorer memang tidak mudah, butuh waktu selama 35 tahun bagi Mahdar sampai akhirnya mendapat kejelasan nasib. Pengabdian puluhan tahun seorang guru honorer ini akhirnya diganjar surat keputusan (SK) pengangkatan guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang ia terima saat pembagian SK di Gedung PGRI Kabupaten Bandung Barat (KBB), kemarin.
“Sudah nunggu-nunggu dari dulu. Akhirnya alhamdulillah sekarang bisa terima SK PPPK dari Dinas Pendidikan. Kemarin berhasil lolos tahap dua,” ujar Mahdar saat ditemui, Rabu (14/9/2022).
Selama puluhan tahun, Mahdar mengabdikan diri di dua sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah pelosok Bandung Barat bagian Selatan. Dua SMP itu yakni SMP Negeri 2 Gununghalu dan SMP Al Fatah.
Tahun 1987 menjadi titik nol bagi Mahdar. Ia mulai menginjakkan kaki menjadi seorang guru. Selama puluhan tahun itu, Mahdar bertahan hidup menjadi tulang punggung keluarga dengan upah seadanya.
“Saya mulai nge-honor dari tahun 1985 dengan honor mulai Rp 2.500 per bulan waktu itu. Dari honor itu meningkat perlahan hingga sekarang Rp 250.000,” ungkap Mahdar.
Profesi guru honorer nyatanya tidak gampang, upah ala kadarnya untuk menghidupi dan membesarkan tiga anaknya menjadi tantangan yang berat bagi Mahdar. Untuk menambal kebutuhan pokok rumah tangganya, Mahdar mengerahkan ilmu dan skill lainnya untuk mengajar ekstrakurikuler di sekolahnya.
“Saya mengajar ekstrakurikuler bagi siswa di sekolah. Dari situ ada uang tambahan untuk ke rumah,” kata Mahdar.
Meski pengalamannya tidak diragukan di bidang pendidikan, Mahdar rupanya tidak pernah diloloskan dalam setiap seleksi demi naik status dan mendapat upah layak. Beberapa kali mengikuti seleksi CPNS, tetapi hasil dari seleksi ke seleksi selalu menunjukkan nihil. Mahdar selalu dinyatakan tidak lolos dalam seleksi. Pikirnya, mungkin karena dirinya bukan siapa siapa dan tak punya jaringan “orang dalam”.
“Tahun 2021 kemarin saya ikut lagi tes seleksi PPPK Guru. Alhamdulillah saya senang sekali akhirnya ada rezekinya bisa lolos sebagai PPPK,” tutur Mahdar.
Namun, buah manis SK PPPK yang dinanti puluhan tahun itu datang di usia Mahdar mendekati masa pensiun. Kondisinya pun sudah ringkih dan mulai sakit-sakitan.
“Saya pakai kursi roda karena penyakit gula. Waktu itu akan berangkat ke Jamnas Pramuka di Cibubur pada Agustus 2022. Mudah-mudahan saya bisa kembali sehat seperti biasa,” pungkasnya.
Berita Terkini