Inilah Asal Usul Nama Gedung Sate di Kota Bandung

KOTA BANDUNG, BKP – Kenapa kok dikasih nama Gedung Sate? Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas di pikiran Anda, baik warga Bandung asli maupun pendatang termasuk pelancong yang berlibur ke Kota Kembang.

Jadi begini asal usul singkat yang jadi alasan bangunan 98 tahun ini disebut Gedung Sate. Bagi Anda yang sudah mengetahuinya, yuk kita sama sama mengingat lagi.

Gedung Sate merupakan salah satu bangunan tua yang ikonik di Kota Bandung. Sejak 1980 hingga kini, bangunan yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 22 ini difungsikan menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat.

Gedung Sate dibangun dengan memiliki 4 lantai, area basement, dan ruang pada puncak bangunan. Gedung ini dibangun pada tahun 1920 dan rampung sekira 1924.

Arsitektur bangunan ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, G. Hendriks, dan Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors.

Pembangunan Gedung Sate merupakan bagian dari program pemindahan pusat militer pemerintah Hindia Belanda dari Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta Timur) ke wilayah Bandung.

Gedung ini dirancang dalam satu komplek perkantoran untuk instansi pemerintah yang kala itu bernama Gouvernements Bedrijven (GB).

Saat itu, Gedung Sate merupakan gedung kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan).

Kemudian di sisi timur lautnya terdapat gedung Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon).

Gedung Sate mempunyai gaya arsitektur hybrid, perpaduan antara beberapa gaya arsitektur di beberapa bagian.

Gedung ini menggunakan model Renaissance Italia, desain jendela mengusung konsep Moor Spanyol, dan bagian atap yang mengadopsi arsitektur Asia seperti pura di Bali.

Gedung ini juga dipengaruhi ornamen Hindu dan Islam. Penataan bangunan ini berpola simetris, elemen lengkungan yang berulang-ulang menciptakan ritme yang indah dan unik.

Pemandu Geung Sate Dena Akhirawan menjelaskan, pada ruang di puncak gedung ini terdapat sebuah alarm yang akan otomatis menyala ketika ada serangan dari musuh.

Dengan bunyi yang begitu kencang, suara alarm ini mampu menjangkau hingga di luar Kota Bandung.

Namun saat ini alarm hanya dinyalakan sekali dalam setahun selama 10 menit saja dan suaranya hanya terdengar di sekitar Gedung Sate.

Keunikan lainnya yakni di bagian puncak atap gedung terdapat ornamen 6 tusuk sate melambangkan 6 juta Gulden (mata uang Belanda) yang digunakan untuk biaya pembangunan gedung ini.

Nah, atas keberadaan ornamen itulah yang menjadikan masyarakat sampai saat ini menyebut bangunan ini sebagai “Gedung Sate”.

Tak heran, kekhasan Gedung Sate tersebut menarik minat wisatawan yang datang ke Kota Bandung untuk berfoto dengan latar belakang bangunan yang masih berdiri kokoh ini.

 

Berita Terkini