Kisah Tobatnya Keturunan Iblis Yang Hidup Sejak Zaman Nabi Adam

BANDUNG, BKP – Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang tobatnya keturunan iblis yang hidup sejak zaman Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW. Ia juga kerap mencela cara dakwah para nabi terdahulu. Kisah tersebut berasal dari riwayat Abu Nu’aim dan Al-Baihaqi dari Umar RA sebagaimana dikutip dari buku Berbuat Dosa tapi Masuk Surga karya Muhammad Akrom.
Umar RA mengatakan, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW di suatu tempat di Gunung Tihamah, tiba-tiba muncul salah seorang lelaki tua sambil memegang tongkat. Dia kemudian mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapa engkau?’
Dia menjawab, ‘Aku Hammah bin Hayim bin Luqais bin Iblis.’
‘Engkau dan iblis berjarak hanya dua keturunan, berapa lama waktu yang engkau lalui antara dua jarak itu?’ tanya Rasulullah SAW.
Hammah menjawab, ‘Usia dunia ini sudah hampir punah kecuali tinggal sedikit lagi saja, pada malam ketika Qabil membunuh Habil, aku masih kanak-kanak. Meskipun demikian, aku sudah diperbolehkan merusak makanan dan memutuskan hubungan perkauman.”
Nabi SAW bersabda, ‘Alangkah buruknya perbuatan orang tua yang dikutuk dan anak muda yang diajarinya.’
Hammah pun menjawab, ‘Janganlah engkau sebutkan hal itu lagi, karena sesungguhnya aku sudah bertobat kepada Allah SWT.’
Hammah juga mengatakan, “Aku pernah bersama Nabi Nuh AS di masjidnya dan bersama beberapa orang yang beriman dari kaumnya. Dan aku juga mencela cara beliau menyampaikan dakwah kepada kaumnya sehingga dia pun menangis dan aku juga turut menangis.’
‘Aku juga termasuk orang yang menyesal atas perbuatan itu dan aku berlindung kepada Allah SWT agar tidak termasuk orang-orang yang jahil,’ lanjutnya.
Ia juga mengatakan kepada Nabi Nuh AS, ‘Wahai Nuh, aku termasuk orang yang bersahabat dengan pembunuhan yang dilakukan Qabil, yang menumpahkan darah orang yang berbahagia dan mati syahid dari anak Adam. Apakah menurutmu tobatku masih dapat diterima?’

Nabi Nuh AS menjawab, ‘Wahai Hammah, berhasratlah terhadap kebaikan dan lakukanlah ia sebelum muncul penyesalan dan kerugian. Sesungguhnya aku telah membaca apa yang diturunkan Allah SWT kepadaku dan tidak ada seorang hamba pun yang bertobat kepada Allah SWT melainkan Allah SWT akan menerima tobatnya. Oleh karena itu, ambillah air wudhu dan bersujudlah dua kali (salat).’

Iblis tersebut terus melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepadanya. Ketika ia bersujud, Nabi Nuh AS menyeru padanya, ‘Angkatlah kepalamu! Karena sesungguhnya tobat bagimu sudah turun dari langit.’ Namun, ia tidak menghiraukannya dan senantiasa bersujud kepada Allah SWT.
Ia juga menceritakan pernah bersama Nabi Hud AS dan bersama mereka yang beriman kepadanya. Seperti yang ia lakukan kepada Nabi Nuh AS, ia juga mencela cara dakwah Nabi Hud AS kepada kaumnya sehingga dia pun menangis dan iblis pun ikut menangis.
Ia mengatakan sering bertemu Nabi Yakub AS dan Nabi Yusuf AS di tempat orang-orang awam yang buta huruf. Selain itu, ia bertemu Nabi Ilyas AS di lembah. Ia bertemu Nabi Musa AS dan beliau turut mengajarkan Taurat kepadanya.

Nabi Musa AS berkata, ‘Jika engkau sempat bertemu Nabi Isa AS putera Maryam, sampaikan salamku kepadanya.’
Kemudian, ketika ia bertemu Nabi Isa AS, ia pun menyampaikan salam Nabi Musa AS. Nabi Isa AS berkata, ‘Jika engkau bertemu Nabi Muhammad SAW, sampaikan salamku kepadanya.’
Setelah mendengar kisah tersebut, Rasulullah SAW memandang ke arah yang jauh kemudian beliau menangis dan berkata, ‘Salam atas Nabi Isa AS selagi dunia masih ada, dan salam atasmu wahai Hammah di atas amanah yang telah engkau sampaikan.’

Hammah pun mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, lakukanlah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Musa AS kepadaku, yakni beliau mengajarkan aku kitab Taurat.’
Kemudian, Rasulullah SAW pun membacakannya surah al-Waqiah, al-Mursalat, an-Naba’, at-Takwir dan Mu’awwidzatain (an-Naas dan al-Falaq) serta surah al-Ikhlas.
Setelah itu, Rasulullah SAW menanyakan kepada Hammah apa yang ia butuhkan. Namun, beliau SAW menghentikan ceritanya sebelum Hammah menyampaikan keperluan-keperluannya, sehingga Umar RA tidak tahu apakah iblis yang bertobat itu masih hidup atau sudah meninggal dunia.”

Berita Terkini