Orangtua Balita Penderita Bibir Sumbing Bingung, Mau Operasi Ke RSHS Tapi Tidak Punya Ongkos dan Biaya Lainnya

Garut, TJI – Siti Nur Aeni adalah balita yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah Setempat (Desa dan Kecamatan) atau Pemerintahan Kabupaten Garut, bahkan layak diprioritaskan agar segera mendapatkan hak nya sebagai warga dalam hal kesehatan.

Ningning bersama Putrinya yang bernama Siti Nur Aeni

Sebagai informasi, ada 3 hak utama (yang masuk dalam skala prioritasnya warga Negara Indonesia). Yaitu, hak mendapatkan Pendidikan, hak untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan yang baik dan maksimal, serta hak untuk mendapatkan Pekerjaan.

Karena, Siti Nur Aeni adalah balita penderita bibir sumbing yang harus segera dilakukan operasi, namun faktor biaya yang membuat orangtuanya sulit untuk segera dilakukan Operasi.

Siti Nur Aeni lahir pada 12 Februari 2020, putri dari pasangan Rahman (51) dan Ningning (46). Yang merupakan warga Kampung Sukamulya, RT 02 RW 09, Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Siti Nur Aeni terlahir sumbing, kedua orangtuanya sudah cukup lama berusaha untuk mengobati dan telah berupaya keras agar anak putrinya bisa secepatnya di Operasi. Akan tetapi, berbagai upayanya selalu terkendala oleh kekurangan biaya.

Apalagi dengan kondisi pandemi Covid saat ini, yang memaksa setiap orang untuk hidup semakin terhimpit oleh kebutuhan ekonomi. Apalagi orangtua Siti Nur Aeni memang diketahui sebagai warga yang kurang mampu.

Belum lama ini, orangtua dari balita itu ke Rumah Sakit Umum Daerah Pameungpeuk. Kemudian, pihak Rumah Sakit tersebut memberikan rujukan agar Siti Nur Aeni mendapat penanganan Medis dan di Operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin di Kota Bandung. Namun, orangtua Siti pun masih kebingungan untuk ongkos, kendaraan dan biaya lainnya. Karena jelas, dari Bungbulang ke Bandung jaraknya cukup jauh, dan sudah pastinya, selain ongkos, akan membutuhkan biaya untuk sehari-harinya, misalnya biaya makan dan lain-lain.

Orangtua Siti Nur Aeni sangat berharap agar segera dilakukan Operasi bibir putrinya, tapi kesulitan ekonomi membuat mereka harus menunda langkahnya dan terus berada dalam kebingungan serta kesedihan.

Disisi lain, banyak pihak yang menyesalkan sikap Pemerintah Desa dan Kecamatan yang seolah kurang tanggap dan lamban dalam menyikapi penderitaan warganya.

Salah satu warga mengatakan, pernah mengeluhkan ke Pemerintah Desa agar Siti Nur Aeni mendapatkan bantuan, baik itu kendaraan, ongkos dan biaya lainnya. Namun, pihak Desa menyatakan, bahwa tidak ada anggaran untuk hal tersebut. Karena katanya, dananya habis digunakan untuk pembangunan diwilayah itu.

Akan tetapi, dengan jawaban tersebut, banyak warga malah merasa heran dan bertanya-tanya, karena di Desanya dirasakan kurang dalam hal pembangunan. Banyak jalan yang rusak dan berlubang. Fasilitas pun dirasa belum ada perubahan serta perkembangan yang signifikan.

salah satu warga mengatakan, pemerintah itu wajib memfasilitasi dan memperhatikan warganya. Bahkan Kepala Desa sudah 2 periode. Tetapi, belum banyak perubahan dan pembangunan diwilayahnya. Selain itu pula, banyak warga yang menyesalkan sikap Kepala Desa, karena banyak janji-janjinya saat kampanye, tetapi hingga 2 periode jabatannya, banyak yang tidak direalisasikan.

Dengan kejadian yang menimpa anak balita seperti Siti Nur Aeni ini, keluarga dan warga setempat berharap agar pemerintah dan berbagai pihak terkait lebih peduli, lebih memperhatikan serta memfasilitasi warganya. Dan, keluarga sangat berharap, agar Siti Nur Aeni segera di Operasi di RSHS Bandung. **Dadan W & Gery GP**

Berita Terkini