PKM Dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama : “Inovasi Hidroponik Dengan Gunakan Limbah Plastik Demi Tingkatkan Produksi Tanaman Pangan Mandiri Selama Pandemik Covid-19″

Bandung, TJI – Sebagai salah satu bentuk pengabdiannya terhadap masyarakat, Cluster Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama mengadakan pelatihan yang bertemakan “Inovasi Hidroponik Dengan Pemanfaatan Limbah Plastik Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan Mandiri Selama Pandemik Covid-19 UMKM di Lingkungan Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung”. Minggu, (4 Maret 2020).

Menurut ketua pelaksana kegiatan PKM Ismail Solihin, SE., MSi,. pelaksanaan pelatihan tahun ini dilakukan secara daring mengingat masih kondisi pandemic Covid 19. Pelatihan ini diikuti oleh 44 orang peserta yang merupakan pelaku UMKM di Kota Bandung. Pembicara utama pada pelatihan ini adalah Gumelar Bayu Fadilah pelaku usaha Hidroponik dengan Merk Sayuran Lembur Sayur. 

Pemilihan tema PKM sendiri didasari oleh pemikiran bahwa pandemi COVID-19 saat ini telah berdampak pada perubahan pola hidup masyarakat. Salah satunya tingginya kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran dan buah. Untuk memenuhi kebutuhan itu, beberapa dari mereka memilih menanam sendiri buah dan sayuran dengan memanfaatkan keterbatasan lahan.  

Urban Farming menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan buah secara mandiri. Bahkan jika berlebih, hasil dari Urban Farming bisa dijual dengan nilai ekonomi yang tak kalah dengan pertanian konvensional.

Dibeberapa negara lain, terutama negara maju, Urban Farming sudah tidak asing lagi. Pandemi COVID-19 semakin meningkatkan Tren pertanian perkotaan. Bercocok tanam di lahan sempit menjadi salah satu pilihan masyarakat perkotaan di tengah pandemi COVID-19. Sehingga, akhir-akhir ini, di Indonesia sendiri, perlahan-lahan urban farming mulai semakin dikenal masyarakat..

Semakin banyaknya penduduk saat ini sejalan dengan bertambahnya pemukiman yang akhirnya mengakibatkan sedikitnya lahan pertanian. Jika hal ini tidak segera ditangani akan mengakibatkan kurangnya pasokan bahan pangan, untuk itu diperlukan teknik bercocok tanam baru untuk mengatasinya. Saat ini, muncul sebuah teknik penanaman tumbuhan yang dapat dilakukan di luar tanah, yaitu secara hidroponik (Natalia et al., 2017).

Hidroponik sendiri diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang artinya air dan ponos yang artinya daya. Sehingga ketika dua kata tersebut di satukan akan membentuk pengertian budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah menjadi media tanam (soiless) (Roidah, 2014; Syaefa et al., 2014).

Meskipun ditanam di dalam air, namun tumbuhan yang dibudidayakan dengan teknik ini membutuhkan lebih sedikit air, sehingga penamaan hidroponik ini sangat cocok dicoba pada daerah yang memiliki pasokan air minim. Hal ini membuat parameter seperti nutrisi, pengendalian hama, dan pencahayaan lebih mudah dikelola. Hidroponik tidak memerlukan pemakaian Herbisida dan Pestisida beracun, sehingga lebih ramah lingkungan dan sayuran yang dihasilkan pun akan lebih sehat (Herwibowo and Budiana, 2014).

Bertanam dengan hidroponik akan menghasilkan tanaman berkualitas baik dan bebas kimia serta sehat buat kita semua serta anak-anak. Laju pertumbuhan tanaman hidroponik bisa mencapai 50% lebih cepat dibanding tanaman yang ditanam di tanah pada kondisi yang sama. Alasan untuk ini adalah karena tanaman hidroponik langsung mendapatkan makanan dari air yang kaya nutrisi (Kusuma, 2014).

Kondisi ini juga membuat tanaman tidak perlu akar besar untuk mencari nutrisi. Dan karena energi yang diperlukan untuk pertumbuhan akar lebih sedikit, sisa energi bisa disalurkan ke bagian lain dari tanaman. Tanaman hidroponik tumbuh sehat, kuat, dan bersih serta jarang terserang hama (Handayani et al., 2018). Ini karena hidroponik tidak memerlukan penyiraman sama sekali. Media tanam yang digunakan yaitu Botol Aqua bekas, Sabut Kelapa, Arang, Pasir, Kerikil, Zat Silikat, Busa dan Nutrient.

Masa pandemi COVID-19 membuat sebagian masyarakat tidak dapat leluasa beraktifitas di luar rumah. Ini akibat pemberlakuan PSBB yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini membuat warga yang berada di lingkungan Kelurahan Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung harus mencari cara lain mencari nafkah dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada.

Budidaya hidroponik dengan memanfaatkan sampah limbah plastik dapat menjadi salah satu solusi. Bahan yang digunakan sebagian besar dari barang bekas. Jadi, menanam model hidroponik tergolong sederhana. Selain kita bisa mendapatkan tanaman sayuran yang sehat dan subur, kita juga bisa memanfaatkan barang barang bekas. Sehingga botol bekas, Jerigen bekas dan Gelas Plastik bekas yang mestinya dibuang dan menjadi limbah ternyata masih bisa diambil manfaatnya.

Berdasarkan uraian tesebut, maka dipandang perlu untuk melakukan ”Inovasi Hidroponik Dengan Pemanfaatan Limbah Plastik demi Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan Mandiri Selama Pandemik Covid-19 Pada UMKM Di Lingkungan Kelurahan Padasuka Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung”, yang dikemas dalam kegiatan pengabdian masyarakat, oleh Tim dosen Fakultas Bisnis Manajemen Universitas Widyatama Bandung.

Beberapa permasalahan yang teridentifikasi di lokasi pengabdian, antara lain:

  1. Banyaknya UMKM yang belum mengalami penurunan penghasilan akibat PSBB
  2. Hanya sedikit UMKM yang telah memanfaatkan lahan pekarangan sebagai media untuk hidroponik
  3. Dari beberapa UMKM yang sudah menanam hidroponik, pengetahuan tentang inovasi limbah plastik sebagai media tanam masih sangat kurang.
  4. Kurangnya sosialisasi kepada UMKM tentang pemanfaatan limbah botol plastik sebagai media tanam Hidroponik.

Berdasarkan pertimbangan urgensi permasalahan yang teridentifikasi, maka masalah yang diidentifikasi dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  • Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang inovasi Hidroponik menggunakna sampah limbah plastik untuk meningkatkan produksi tanaman mandiri selama masa pandemi Covid-19?

Tujuan dari kegiatan ini yaitu :

1. memperkenalkan cara bercocok tanam tanpa lahan yang luas,

2. memberikan wawasan atau pengetahuan tentang tanaman hydroponic, 3. membangun dan meningkatkan kepedulian terhadap botol plastik bekas, 4. menunjukan berbagai kemungkinan usaha bercocok tanam yang sehat, bersih, aman, di daerah perkotaan yang sudah tidak mempunyai lahan pertanian yang diharapkan mampu meningkatkan stabilitas pangan nasional.         

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:

  1. Sebagai wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang inovasi hidroponik dengan memanfaatkan limbah sampah plastik.
  2. Meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah pengabdian tentang inovasi hidroponik dengan memanfaatkan limbah sampah plastik.
  3. Sebagai forum untuk bertukar pikiran antara pihak masyarakat dan pamong setempat dengan perguruan tinggi dalam hal inovasi hidroponik dengan memanfaatkan limbah sampah plastik. **AJS**
Berita Terkini