Banjir di SMPN 1 Parongpong, Dewan PKB Desak Pemkab Bandung Barat Bertindak Cepat
Bandung Barat — Hujan deras yang mengguyur wilayah Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), kembali menyebabkan SMP Negeri 1 Parongpong terendam banjir. Air meluap dari area kebun dan peternakan di belakang sekolah, menggenangi sejumlah ruang seperti kantor guru, ruang pramuka, serta beberapa kelas. Aktivitas belajar mengajar terganggu, sementara sejumlah fasilitas sekolah rusak akibat genangan.
Peristiwa ini bukan kali pertama terjadi. Hampir setiap musim hujan, sekolah yang berada di Desa Cihanjuang Rahayu tersebut menjadi langganan banjir. Pihak sekolah mengaku sudah berkali-kali melapor ke pemerintah daerah, namun belum ada langkah nyata untuk mengatasi akar permasalahan.
Menindaklanjuti kondisi tersebut, Anggota DPRD KBB Fraksi PKB, H. Ade Wawan, S.Pd.I.,bersama sejumlah awak media meninjau langsung lokasi genangan. Dari hasil penelusuran di lapangan, ditemukan bahwa drainase di sekitar sekolah sudah tidak berfungsi optimal. Air tak mampu mengalir karena saluran tersumbat lumpur, sampah, dan kotoran sapi dari area peternakan di kawasan Mokla.
“Saya lihat sendiri salurannya sudah rusak dan tertutup kotoran sapi. Air menggenang dan langsung masuk ke sekolah. Ini bukan masalah sepele, tapi kondisi darurat yang harus segera ditangani,” ujar H. Ade Wawan dengan nada tegas.
Politikus PKB itu menilai Pemerintah Kabupaten Bandung Barat lambat dan kurang tanggap terhadap persoalan yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Sekolah sudah berulang kali melapor, tapi belum juga ada tindakan konkret. Pemerintah harus lebih peka karena ini menyangkut keselamatan anak-anak. Jangan tunggu ada korban baru bertindak,” ujarnya menegaskan.
Sebagai langkah tindak lanjut, Ade Wawan mendorong agar segera digelar musyawarah lintas pihak untuk mencari solusi permanen atas persoalan banjir yang terus berulang. Pertemuan tersebut, kata dia, penting untuk menyatukan langkah antara pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah daerah.
“Kita tidak bisa menyelesaikan ini sendiri. Semua pihak harus duduk bersama untuk mencari solusi terbaik,” ujar Ade.
Sejalan dengan inisiatif tersebut, Komite Sekolah SMPN 1 Parongpong juga berencana bersilaturahmi dengan Pemerintah Desa Cihanjuang Rahayu dan Kecamatan Parongpong untuk membahas langkah bersama dalam mengatasi persoalan banjir.
Musyawarah tersebut rencananya akan melibatkan:
1. Pihak SMPN 1 Parongpong,
2. Kepala Desa Cihanjuang Rahayu,
3. BPD Desa Cihanjuang Rahayu,
4. Camat Parongpong,
5. Pemilik lahan dan peternak sapi di kawasan Mokla,
6. Pengusaha bunga potong di sekitar lokasi,
7. Dinas Pendidikan (Disdik) KBB,
8. Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) KBB, serta
9. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB.
Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan langkah konkret yang mampu mengatasi penyumbatan saluran air sekaligus menata ulang sistem drainase di kawasan tersebut.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMPN 1 Parongpong mengatakan bahwa pihaknya sudah lama berjuang menghadapi banjir yang setiap tahun datang tanpa solusi.
“Setiap hujan deras, ruang guru dan beberapa kelas pasti tergenang. Kami sudah berulang kali melapor, tapi belum ada tindakan nyata. Kami berharap ada perhatian serius dari Pemkab Bandung Barat,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika tidak segera diperbaiki, struktur bangunan di sisi belakang sekolah dikhawatirkan tergerus air dan berpotensi ambruk.
“Kami hanya ingin kegiatan belajar bisa berjalan aman dan nyaman. Ini sudah bukan soal kenyamanan lagi, tapi keselamatan,” katanya.
H. Ade Wawan menutup dengan pernyataan tegas bahwa Pemkab Bandung Barat tak boleh lagi menunda penanganan teknis di lapangan.
“Pemerintah harus segera menurunkan tim dari dinas terkait untuk memperbaiki drainase dan menata ulang aliran air dari area kebun serta peternakan. Ini bukan lagi prioritas — ini darurat. Jangan tunggu ada korban baru semua bergerak,” pungkasnya. Red DR.

