Demi Perkuat Kurikulum Merdeka Belajar, Kadisdik Sumedang Tulis Buku Pembelajaran Holistik-Integratif

Kabupaten Sumedang, BKP – Pandemi Covid-19 membuat semua berubah, tak terkecuali strategi pembelajaran di sekolah. Guru-guru pun sejak awal pandemi hingga kini dipaksa untuk lebih fleksibel mengajar namun tak mengurangi pemenuhan esensi belajar bagi siswa-siswanya.

Merasa tertantang dengan situasi itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Agus Wahidin S.Pd, M.Si, menulis buku tentang strategi pembelajaran itu.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Agus Wahidin S.Pd, M.Si

Tak usang karena pandemi nyaris usai, ide utama dalam buku ini gayung bersambut dengan kurikulum Merdeka Belajar yang dirilis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

“Tanggal 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19. Tanggal 16-nya ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Esoknya, tanggal 17, siswa sekolah, guru, dosen, semuanya dilarang belajar di ruang kelas. Semua guru terkejut, tak punya strategi apapun,” kata Agus saat diwawancarai awak media, Kamis (9/6/2022).

Jangankan guru, kata Agus, para ahli pendidikan saja hanya menyarankan belajar dalam jaringan (Daring) tanpa mempertimbangkan kondisi geografis sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, juga level pendidikan.

“Mahasiswa kalau daring semua bisa. Kalau PAUD? Ketika itu semuanya gagap menghadapi situasi tersebut. Saya kemudian memeras pikiran untuk membuat makalah berjudul “Strategi Komplementer Metode Pembelajaran di Masa Darurat Covid-19”,” katanya.

Makalah itu setelah didisuksikan dengan para ahli dan praktisi kemudian dijadikan dasar keputusan Kepala Dinas Pendidikan untuk memberi rambu-rambu, apa dan bagaimana yang harus dikerjakan para guru di Kabupaten Sumedang selama darurat Covid-19.

Makalah itu, kata Agus, dikembangkan atas dasar evaluasi lapangan, penggalian berbagai sumber, diskusi dengan para praktisi dan konsultasi dengan para ahli sehingga lebih sistematis.

Pada 15 November 2020 karya Agus mendapat surat pencatatan ciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI dan mulai banyak diangkat menjadi bahan rujukan skripsi serta tesis.

“Tentu ada evaluasi. Saya kemudian menggandeng 12 guru terpilih untuk diajak berfikir bersama,”

“Saya menyampaikan gagasan-gagasan secara runut kepada 12 guru tersebut untuk dikaji dan ditulis, dikoreksi bersama, saling mengisi dan melengkapi sehingga menjadi buku,” lanjut dia.

“Buku tertulis secara runut, mengalir, menggambarkan ide dan gagasan saya, diperkuat dengan berbagai sumber dan referensi,” katanya.

Dari awal ide tentang ini terbersit, buku baru diterbitkan awal 2022. Perlu waktu 1,5 tahun untuk menulisnya. Terbitan pertama sebanyak 10.000 eksemplar,” kata Agus.

Buku berjudul “Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran Holistik-Integratif” ini diharapkan menjadi acuan semua guru di Indonesia untuk menciptakan iklim belajar yang tidak memukul rata semua siswa.

Dalam penelusuran Agus, di Indonesia, baru karyanya itulah yang membahas tema pendidikan di masa Covid-19 dan relevan diterapkan untuk bangkit setelah pandemi tersebut.

Komplementer berarti saling mengisi. Holistik adalah pemenuhan esensi belajar yang menyeluruh. Sementara integratif adalah mengupayakan semua sumber daya dan berbagai pihak yang ada pada situasi belajar-mengajar.

“Karenanya di dalam buku itu ada metode guru lingkungan, home visit, parenting, tematik-praktik, siswa diberi pengalaman berharga dan pendidikan pun akan terasa sangat mudah dan menyenangkan,” kata Agus.

Kegelisahan Agus yang berbuah buku itu tidak lain dimaksudkan untuk mengangkat marwah guru setinggi-tingginya.

“Buku ini akan memimpin pemulihan setelah krisis dua tahun, guru akan lebih otonom, guru sebagai profesi, saya ingin para guru betul-betul bangga kepada profesi itu,” katanya.

Buku itu juga mengajak para guru untuk beradaptasi dengan lingkungan masing-masing dalam mengerahkan semua potensi yang ada untuk menjadi guru yang adaptif, inspiratif, dan inovatif

“Anggaplah saya ini bagian kecil yang berkontribusi memperkuat kurikulum Merdeka Belajar,” pungkasnya.

Berita Terkini