

Times Jurnalis Indonesia – Gempa bumi tektonik ini terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB atau pukul 02.28 Wita. Episentrum gempa di Majene terletak pada koordinat 2,98 LS dan 118,94 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 kilometer arah timur laut dari Majene pada kedalaman 10 km.
Berdasarkan informasi dari Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Kimatologi, dan Geofisikaa (BMKG), gempa pertama berkekuatan M 5,9 terjadi di darat, tepatnya di 4 km arah barat laut Majene, Sulawesi Barat. BMKG mencatat puluhan gempa susulan terjadi di Majene, Sulawesi Barat, sejak kemarin hingga pagi ini. Setidaknya ada 28 kali gempa susulan.
Dari 28 kali gempa susulan tersebut, gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB, yakni magnitudo (M) 5,9 dan pada Jumat (15/1) dini hari tadi pukul 01.28 WIB dengan kekuatan M 6,2.
Sementara di Majene diduga kuat pemicu gempa ini adalah sesar naik Mamuju (Mamuju Thrust), yang terbukti dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik. Thrust Mamuju memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju geser sesar 2 mm per tahun, sehingga harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.
BMKG mengatakan gempa susulan masih berpotensi terjadi pascagempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,9 dan M 6,2 di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Gempa susulan yang terjadi berpotensi memicu tsunami sehingga warga di pesisir pantai diminta mengamankan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Selain itu, dilaporkan ada 637 orang luka-luka dan 15 ribu orang mengungsi akibat gempa magnitudo (M) 6,2 yang terjadi pada dini hari tadi. Sementara itu, di Kabupaten Mamuju, dampak dari guncangan tersebut rumah sakit dan kantor Gubernur Sulbar mengalami rusak berat .
Himbauan untuk warga setempat sedari dini membuat jalur evakuasi khusus dari daerah pesisir pantai ke wilayah yang lebih tinggi. Dengan jarak 3 kilometer dari rumah warga.
Dwikorita Karnawati mengatakan dan juga menghimbau .”Indonesia merupakan wilayah yang rawan gempa dan pihaknya mengimbau masyarakat, dan pemerintah daerah untuk mewaspadai gempa yang kecenderungannya semakin meningkat”.
“Kami menghimbau masyarakat tidak hanya menjauhi bangunan rentan tetapi apabila kebetulan masyarakat di pantai. dan merasakan guncangan gempa lagi segera jauhi pantai tidak perlu menunggu peringatan tsunami. Kejadian bisa sangat cepat, catatannya tsunami pada menit 2-3 padahal peringatan dini baru pada setelahnya jadi sudah keduluan tsunaminya kalau terjadi lagi gempa,” katanya.**TJI**