Sejahterakan Kehidupan Sosial Masyarakat, Pemuda Peduli Galang Dana Penerima Manfaat

Volunteer Pemuda Peduli tengah membagikan makanan kepada penerima manfaat
(Sumber : Dok. Yayasan Pemuda Peduli)

Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila kelima Pancasila itu nampaknya masih belum menemukan titik nyata. Karena pada realitanya, terdapat beberapa golongan masyarakat yang belum mendapatkan keadilan sosial dari apa yang berusaha difasilitasi oleh negaranya.

                Di Kota Bandung sendiri, banyak sekali dijumpai berbagai kalangan masyarakat yang masih belum sejahtera kehidupannya. Menengok salah satu penerima manfaat dari Yayasan Pemuda Peduli, Dede dan Dewi namanya.

                Anak-anak tangguh yang harus membantu ibunya menjadi tulang punggung keluarga dengan cara mengais rongsokan di daerah Riung Bandung. Dede yang berusia 13 tahun bersama adiknya Dewi, yan berusia 5 tahun dengan penghasilan rata-rata mengais rongsokan hanya lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah perharinya.

Dede dan Dewi saat ditemui di kediamannya oleh Tim Yayasan Pemuda Peduli
(Sumber : Dok. Yayasan Pemuda Peduli).

Kondisi ekonomi yang ada, membuat Dede harus putus sekolah sejak kelas 2 SMP. Hunian Relokasi sementara, menjadi tempat Dede dan Dewi bersama sang ibu beristirahat dari lelah dan penat. Mengenyam Pendidikan yang layak menjadi mimpi keduanya untuk dilanjutkan.

                Adapula Abah Ahmad, Diusianya yang kini 82 tahun Abah Ahmad masih memiliki semangat juang memenuhi kebutuhannya dengan cara berjualan gulali di sepanjang jalan Holis hingga daerah Kopo. Gulali yang dijualnya dengan harga dua ribu rupiah.

Abah Ahmad saat ditemui oleh Tim Yayasan Pemuda Peduli tengah berjualan dagangannya sehari-hari
(Sumber : Dok. Yayasan Pemuda Peduli).

Kontrakan bedeng yang jauh dari kata layak menjadi payungnya berteduh dari kegiatan yang menguras peluhnya sehari-hari. Ia tinggal sendiri di kota kembang, terus berjuang akan lembar demi lembar rupiah guna menyambung hidupnya. Memiliki hunian layak pakai menjadi mimpi Abah Amir.

                Terakhir, Mak Mae. Nenek berusiah 70 tahun asal Gunung Halu. Kepergian sang suami sejak 2 tahun lalu membuat dirinya berjualan peyek di kampungnya dengan penghasilan hanya lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah perharinya.

Mak Mae, saat ditemui tim Yayasan Pemuda Peduli tengah berjualan dagangannya.
(Sumber : Dok. Yayasan Pemuda Peduli).

Menghidupi dirinya sendiri dan memiliki warung sendiri lagi agar ia tak perlu berjalan jauh menjajakan dagangannya, menjadi cita-cita kecil di masa senjanya.

                Ketiganya memiliki mimpi yang sama, yaitu mendapatkan kesejahteraan demi penghidupan yang lebih layak. Pemuda Peduli, bersama beberapa Influencer diantaranya Irfan Abdul Ghofur, Khalil TokTok, serta Putri Okki Oktaviani membuat galangan dana demi membantu kesejahteraan penerima manfaat yang berada dibawah naungan Yayasan Pemuda Peduli.

                Dengan total 130 juta rupiah dana yang terkumpul dari ketiga galangan dana yang dilakukan, Disalurkan menjadi beberapa hal yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing penerima manfaat.

                Said Alwy selaku CEO dari Pemuda Peduli berpendapat bahwa galangan dana yang dilakukan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih layak bagi penerima manfaat yang terjaring.

“Ini sebagai momentum penyadar untuk kita bahwa banyak dari saudara-saudara kita yang bernasib ngga seberuntung kita. Ini juga merupakan satu budaya gotong royong masyarakat Indonesia yang harus dipertahankan. Saling bantu dalam kesulitan yang dihadapi, Keberlangsungan hidup temen-temen kita di sana, kita coba bantu dari sini lewat galangan dana yang diupayakan. Bagi temen-temen yang mau menyumbang, bisa cek langsung aku resmi Instagram kita, atau bisa langsung ke kitabisa.com” Pungkasnya ketika ditemui di Kantor Yayasan Pemuda Peduli.

Berita Terkini