Surabaya – Peneliti Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo meminta Pemprov Jawa Timur dan Pemkot Surabaya menyiapkan langkah antisipasi terjadinya gempa.
Amien menyebut menyebut gempa bumi berpotensi terjadi di Jatim. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional 2017, beberapa daerah di Jatim juga dilewati sesar aktif, yakni sesar Wonorejo, Kabupaten Banyuwangi, sesar Probolinggo dan sesar Pasuruan.
“Kota Surabaya bahkan dilewati oleh dua sesar yang berbeda, yaitu sesar Surabaya dan sesar Waru,” ujarnya.
Amien mengatakan keberadaan sesar Waru memanjang dari Gresik, melewati Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Saradan. Menurutnya sesar-sesar ini masih aktif dan mengalami pergerakan setiap tahunnya rata-rata sejauh 0,05 milimeter.
“Kami mengajak semua pihak untuk mewaspadai adanya sesar-sesar aktif tersebut dengan meminimalisasi kerugian yang mungkin terjadi. Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya diminta menyiapkan langkah antisipasi seperti asesmen ancaman gempa, kerentanan tanah dan bangunan.
Artinya jika kawasan tersebut mempunyai kondisi tanah yang buruk dan bangunan yang kurang kukuh, maka bisa dikategorikan kawasan berisiko tinggi,” katanya. Berdasarkan peta zonasi kawasan dengan tingkat risiko yang rendah hingga tinggi ini, dapat dijadikan acuan mitigasi.
Setiap kawasan akan sangat mungkin memiliki arahan mitigasi yang berbeda, sesuai dengan levelnya. Baik itu arahan mitigasi struktural maupun nonstruktural.
Amien menambahkan, bencana alam tidak akan menimbulkan korban jiwa jika terjadi di kawasan tak berpenduduk. Menurutnya, bencana alam bisa diminimalisasi bahkan dihindari korban jiwa dan kerugiannya. “Maka, mari kenali bencana. Kenal dengan bencana, kita selamat,”katanya.
Sementara itu Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi terkait potensi gempa bumi yang dipaparkan peneliti dari ITS.
Beberapa kegiatan, seperti edukasi dan sosialisasi ke masyarakat juga telah dilakukannya. “Pemberian sosialisasi kepada masyarakat, pelajar, dan aparat pemerintah dan swasta,” terangnya.
Lebih lanjut Gatot mengatakan BPBD Jatim, juga menggandeng perguruan tinggi negeri maupun swasta supaya mahasiswanya diarahkan untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik.
Dalam KKN itu, nantinya diselipkan perihal kepeduliaan terhadap kebencanaan. “Kami juga memberikan penguatan dan edukasi dengan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana),” tuturnya.
Menurutnya BPBD juga melakukan pelatihan, koordinasi serta kolaborasi dengan relawan yang ada di Jatim. Kemudian membuat simulasi dengan masyarakat dan aparat pemerintah serta swasta untuk meningkatkan keterampilan bila bencana tersebut terjadi. “Memasang prasarana penunjang seperti rambu evakuasi, papan imbauan serta peta rawan bencana,” tandasnya.