Garut, TJI – Bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) merupakan salah satu upaya Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun ekonomi digital diakhir-akhir ini.
Belum lama ini, bansos mulai disalurkan secara nontunai menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Hal itu merupakan inovasi sosial 4.0, di mana seluruh bantuan sosial dilakukan dengan satu kartu dan ibu-ibu PKH mulai mengenal transaksi digital demi memudahkan kehidupan mereka. Dana bansos disalurkan melalui bank pemerintah kepada rekening setiap Penerima Manfaat (KPM). Dengan kartu tersebut, ibu-ibu dapat mengambil uang bansos PKH, tarik tunai, menabung, maupun menebus BPNT menggunakan KKS yang juga berfungsi sebagai ATM.
Dulu harus antri untuk mengambil uang bantuan di kantor pos. Namun, sekarang bisa mengambil uang dan belanja dengan kartu. Hanya saja sekarang memang harus pakai nomor PIN. Nomor itu tidak boleh dibagikan atau diketahui orang lain selain pemegang kartu tersebut.
Akan tetapi, ada juga beberapa warga pemilik KKS yang tidak pernah kebagian berbagai bentuk bantuan dari pemerintah.
Seperti yang dialami oleh Iis Masitoh, Warga Kampung Cipetir, RT 01 RW 08, Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Iis sudah mendapatkan KKS sejak 2018. Namun, anehnya, hingga saat ini belum ada satupun bantuan yang masuk kepadanya atau kedalam rekening yang sudah diberikan pemerintah terhadap dirinya.
Istri dari Aka Sutarman ini pun sempat mempertanyakan kepada pihak Bank BNI, karena kartu dan rekening yang dia pegang, berdasarkan keterangan dari pemerintah bisa dicairkan juga diambil lewat Bank atau ATM BNI. Dan pihak Bank memperlihatkan bukti dan rinciannya, serta pegawai Bank menjelaskan bahwa tidak ada pernah dana bantuan masuk ke pemilik nomer Rekening dan kartu yang dimiliki oleh Iis Masitoh.
Hal ini membuat Iis dan keluarganya bingung dan bertanya-tanya, untuk apa dia diberikan dan memegang KKS jika tidak ada atau mendapatkan bantuan?, kemana Iis dan keluarganya harus mengadukan hal ini?. Karena baginya, hal ini hanya menjadi harapan palsu. Apalagi dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, dan dia memang merasa layak mendapatkan bantuan itu. ***Dadan Wahyudin***